DUMAI, iNewsDumai.id - Menjadi investor merupakan mimpi semua orang karena dapat melipatgandakan kekayaan melalui kegiatan bisnis yang berbasis investasi. Namun siapa sangka, 3 orang investor terkaya di Indonesia ini ternyata menjalani bisnisnya sejak beberapa dekade yang lalu.
Saat ini, para investor ini tengah menuai hasil usahanya, ekspansi bisnis yang berkembang makmur, kepemilikan saham dalam jumlah besar di beberapa perusahaan, perolehan dividen, hingga nilai investasi yang terus meningkat seiring capital gain yang juga terus tumbuh.
Berikut adalah daftar 3 investor terkaya di Indonesia:
Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono adalah dua bersaudara yang kerap menduduki posisi lima besar dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Tidak mengherankan, sebab keduanya adalah pemilik emiten dengan market cap terbesar di Indonesia, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Bambang Hartono terlahir pada 2 Oktober 1939, sementara sang adik, Robert Budi, terlahir pada 1941. Keduanya terlahir di Kudus dari keluarga imigran China. Ayahnya, Oei Wie Gwan, membeli pabrik kretek kecil bernama Djarum Gramophon pada April 1951 yang kelak diwariskan kepada kedua putranya.
Sang ayah mulai memasarkan rokok produksi pabriknya dengan nama ‘Djarum’ dan sukses di pasaran. Sepeninggalan sang ayah tak lama setelah pabrik terbakar pada 1963, Hartono bersaudara mulai mengelola bisnis sang ayah.
Di bawah kendali Bambang dan Robert, Djarum terbangun kembali dengan alat-alat produksi yang lebih modern. Pada 1972, Djarum mulai mampu mengekspor rokok ke luar negeri, dan tiga tahun setelahnya, brand Djarum Filter diperkenalkan ke publik.
Hartono bersaudara juga membeli BCA yang saat itu dilelang kepemilikannya oleh pemerintah usai krisis 1998. Lewat konsorsium dengan beberapa perusahaan, mengambil alih 51,15% saham BBCA pada 2002.
Kepemilikan saham Hartono bersaudara di BBCA terus berkembang seiring tahun berlalu. Pada 2010, keduanya menguasai saham pengendali BBCA, lantas memindahkan kepemilikan sahamnya ke PT Dwimuria Investama Andalan pada 2016. Saat ini, keduanya masih memiliki mayoritas saham BBCA lewat perusahaan tersebut dan secara personal.
Harta kekayaan Bambang Hartono saat ini ditaksir mencapai USD24,8 miliar, sementara kekayaan Robert Budi Hartono diperkirakan mencapai USD25,9 miliar.
Anthoni Salim
Anthoni Salim merupakan putra dari Sudono Salim, pendiri Salim Group. Konglomerasi Salim adalah salah satu yang terbesar di Indonesia hingga saat ini, namun beberapa dekade silam, perusahaan ini pernah terlilit utang hingga puluhan triliun rupiah.
Anthoni yang saat itu mulai memegang kendali konglomerasi, berhasil melunasi utang-utang bisnis keluarganya dengan menjual beberapa perusahaan yang dimiliki Salim. Yakni PT Bank Central Asia Tbk, PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP), dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS).
Ketiganya adalah emiten dengan kapitalisasi pasar yang tidak sedikit. Seperti yang diketahui, sekarang BBCA dikelola oleh Hartono bersaudara. Namun demikian, Anthoni Salim masih menuai sukses dari bisnis-bisnisnya yang lain.
Bisnis terbesar di bawah kepemimpinan Anthoni Salim saat ini adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Bogasari Flour Mills, di bawah INDF, terdapat puluhan anak-anak usaha yang juga menuai keuntungan besar. Di antaranya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICPD) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).
Harta kekayaan Anthoni Salim saat ini diperkirakan mencapai USD7,5 miliar, ia menduduki urutan kelima orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Eka Tjipta Widjaja adalah pendiri Sinar Mas. Ia lahir dengan nama Oei Ek Tjhong di Fujian, China, pada 1921. Eka pindah ke Hindi Belanda dengan orangtuanya pada usia sembilan tahun. Orangtuanya sendiri adalah pedagang yang membuka usaha di Makassar.
Eka mulai berdagang sejak remaja, berjualan biskuit dan kembang gula. Ia sempat beralih berdagang terigu, semen, gula, dan barang kebutuhan pokok lain setelah Jepang angkat kaki dari Indonesia. Beberapa kali ia berganti fokus bisnis, sebelum akhirnya ia mendirikan pabrik minyak kelapa (CV Bitung Manado Oil Limited/Bimoli) pada 1968.
Bisnis minyaknya berkembang cukup pesat, hingga ia mampu berekspansi ke industri lain. Eka membeli Bank Internasional Indonesia (BII) dan mendirikan usaha properti. Sinar Mas kini memiliki banyak lini usaha.
Antara lain industri pulp dan kertas, agribisnis, jasa keuangan, developer dan real estate, telekomunikasi, energi dan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. PT SMART Tbk (SMAR), PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), dan PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) adalah beberapa usaha di bawah Sinar Mas yang sudah tercatat di bursa.
Demikianlah sekilas ulasan tentang investor-investor terkaya di Indonesia yang memulai bisnisnya beberapa dekade silam. (NKK)
Editor : Kholid Hidayat