Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) kembali menggelar Dialog Ekslusif (DE) “Islam: Kemodenan dan Keindonesiaan” edisi ke tiga belas. DE kali ini mengangkat tema Dimensi Kemanusiaan dalam Sepakbola, sebagai respons atas Tragedi Kanjuruhan yang tengah ramai jadi buah bibir masyarakat. DE kali ini mengundang Bayu Aji Soekarno sebagai narasumber, dan dimoderatori oleh Arief Rosyid Hasan.
Menurut Bayu Aji Sukarno, tradisi sepakbola di Indonesia telah ada sejak tahun 1930, waktu itu masih berstatus sebagai Hindia-Belanda. Sehingga olahraga ini begitu akrab, dan rasanya hampir semua anak-anak di Indonesia tahu dan sebagian besar pernah bermain sepakbola.
“Sepakbola kan paling mudah dimainkan, kalo kecil dulu gak ada gawang pakenya sendal” kenang Bayu. Bayu juga menjelaskan bahwa supporter Indonesia memang dikenal fanatis, lebih fanatis ketimbang negara-negara seperti Jepang bahkan Inggris sekalipun. Karena sepakbola adalah hiburan yang murah, dan banyak digemari oleh banyak kalangan lintas usia dan kelas sosial.
Tragedi Kanjuruhan menjadi pukulan telak bagi sepakbola Indonesia yang tengah menanjak di era kepelatihan Shin Tae-yong. Perkembangan itu bisa dilihat dari ranking FIFA zona Asia, Indonesia kini menempati posisi 152 naik 3 tingkat. Timnas Indonesia juga tengah bersiap mengikuti beberapa agenda akbar di tahun 2023 nanti. Di antaranya adalah Piala AFF 2022, Piala Asia U20 2023, Sea Games 2023, Piala Asia 2023, dan Piala Dunia U20 2023. Apalagi pada Piala Dunia U20 nanti kita bertindak sebagai tuan rumah.
Menurut Bayu tragedi Kanjuruhan ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk berbenah. Semua lembaga dan kelompok yang terlibat harus memperbaiki diri, bukan justru saling menyalahkan. Sepakbola Indonesia punya banyak potensi untuk bisa berkembang, apalagi industrinya sudah semakin maju. Klub-klub tidak lagi bergantung pada pendanaan pemerintah daerah, dan mulai mampu mengelola keuangannya sendiri lewat berbagai sponsor.
“Kita harus mengambil hikmah di balik peristiwa nahas itu, tragedi Kanjuruhan menyedot perhatian publik dan akhirnya banyak permasalahan lama yang terungkap. Ayo bareng-bareng berbenah, biar pas momen Piala Dunia U-20 tahun depan hubungan supporter kita sudah harmonis.” Ungkap Bayu.
“Kita harus punya kontribusi. Masjid harus punya peran menyelesaikan permasalahan sosial yang ada. Mungkin kita bisa menjembatani konflik tersebut melalui pentolan di setiap supporer. Karena menurut saya pada dasarnya mereka itu punya kepedulian sosial yang tinggi.” tambah Arief Rosyid. Menurutnya topik-topik yang dibahas di DE harus melahirkan inisiatif kongkrit yang bisa menyelesaikan persoalan sosial.
“Kita mungkin sulit menghilangkan fanatisme dan primordialisme dalam sepakbola, karena bersifat kompetisi. Ada persaingan dan pride yang dibawa, tapi harus ada limitasi. Jangan sampai hal-hal itu mendobrak nilai-nilai kemanusiaan. Mungkin itu yang bisa kita gaungkan bersama” ungkap Rifqi Aziz dari Muslimverse, salah satu peserta DE.
Di samping itu, berkat diplomasi yang baik, Indonesia terhindar dari sanksi FIFA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga tengah berupaya mendorong transformasi sepakbola Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal itu disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, “FIFA bersama-sama dengan pemerintah akan membentuk tim transformasi sepakbola Indonesia dan FIFA akan berkantor di Indonesia selama proses-proses tersebut” Ujar Presiden Jokowi
Perpaduan ini akan mempercepat transformasi sepakbola Indonesia. Karena selain didorong dengan keinginan kuat di level grassroot, pemerintah juga tanggap dalam merespons sinyal perubahan.
Editor : Kholid Hidayat
Artikel Terkait