DUMAI, iNewsDumai.id - Hari ini Masih banyak adanya politik identitas yang mengatasnamakan agama tertentu alias “menjual agama” demi kepentingan politis kelompok, menjadi sorotan dan rekomendasi khusus. Ini karena menjadi fenomena global bahwa politik identitas masih menjadi “barang jualan” yang seksi atau komoditas untuk meraih simpati masyarakat.
Ini sudah menjadi gejala umum ataupun penyakit termasuk di Kota Dumai, bahwa para politisi seringkali menggunakan agama untuk kepentingan politik atau kepentingan kelompok, terutama menjelang pemilihan di tahun 2024.
Seruan untuk tidak membawa-bawa agama dalam politik identitas ini terus di gemakan oleh Hasan Basri yang peduli akan Kota Dumai.
"Kami menolak untuk Pemimpin di Kota Dumai ini membawa-bawa agama atau politik identitas tersebut, karna hari ini banyak Pemimpin di negeri ini yang terus-terusan memprioritaskan membawa agama kedalam politik yang semata-mata hanya untuk kepentingan kelompok," ungkap Hasan Basri.
Ini menjadi problematika di negeri kita terkhususnya di Kota Dumai yang beberapa tahun belakangan setiap pemimpin membawa politik identitas dan terus menggema-gemakan agama di kalangan masyarakat.
Hal ini menjadi sorotan karna tiap tahunnya sebelum pemilihan terus mendeklarasikan bahwasan nya semua maksiat di Kota ini harus ditutup, ini tidak sejalan dengan apa yang diucapkan dan diperbuatnya sewaktu masa
duduk menjadi Pemimpin.
"Pada detik ini janji seorang Pemimpin di Kota Dumai yaitu Walikota Dumai pada saat kampanye beberapa tahun lalu mencitrakan untuk menutup semua Hiburan Malam/tempat maksiat dan menutup Gelper di Kota Dumai, akan tetapi sampai tahun ini di penghujung Kepemimpinan nya janji itu tidak terlaksana dengan apa yang di ucapkan pada saat kampanye," tegasnya.
"Dan saya juga mengajak masyarakat untuk tidak terlarut dalam politik identitas ini, dan masyarakat juga harus selektif untuk di tahun mendatang, karna di 2024 akan banyak hal yang seperti ini menyuarakan kembali serta tidak menutup kemungkinan akan menggiring kembali seruan agama yang ucapan dan perbuatannya pada saat memimpin tidak ada sama sekali," tutup Hasan Basri.
Editor : Ari Susanto
Artikel Terkait