DUMAI, iNewsDumai.Id - Sayup-sayup suara gemuruh muncul dari hilir sungai Kampar, Desa Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan, Riau. Gemuruh kian keras diikuti gulungan ombak yang saling berkejaran melawan logika alam.
Hempasan gelombang setinggi empat meter menghasilkan riak-riak yang menghantam tepian. Bagi masyarakat desa, fenomena bono yang muncul ketika bulan purnama itu adalah hal biasa. Namun, bagi para pemburu ombak, peristiwa itu merupakan keajaiban.
Meski mengerikan, tapi liuk-liuknya dirindukan. Kalimat itu yang kerap diutarakan wisatawan dan masyarakat setempat terhadap ombak bono.
Gelombang hantu atau ghost wave itu kini dijadikan salah satu kalender pariwisata, event Bono Surfing. Event ini dilakukan di Sungai Kampar.
Pecinta olahraga ekstrem berlomba-lomba mengejar ombak bono. Masyarakat setempat menyebut kata berani dengan sebutan bono. Kemudian bono diadopsikan menjadi nama ombak tersebut.
Lama kelamaan, masyarakat terbiasa menjuluki bono bagi gelombang besar yang terjadi bersamaan akibat pertemuan air sungai dengan pasang naik dan pasang surut. Tak jarang bono memiliki ketinggian puncak gelombang mencapai empat meter. Bahkan, bisa membolak-balikkan perahu dan kapal yang ada di atasnya.
Gelombang yang menderu-deru ini dimanfaatkan untuk surfing di sungai. Ombak bono menggulung dan menghempas jauh ke dalam sungai hingga menempuh jarak 17 kilometer.
Gelombang yang datang dari laut Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu menerobos muara sungai dan mampu bertahan hingga dua jam lamanya. Kemudian bono akan menghilang di hulu saat jalur sungai membelok.
"Ombak bono itu terjadi ketika arus sungai dan arus laut beradu. Jadi ada pertemuan tiga arus di mulut muara, yaitu dari Sungai Kampar, Selat Malaka, dan Laut China Selatan. Bono kali ini salah satu yang terbesar dari beberapa fenomena sebelumnya," ujar Kepala Dinas Pariwisata Riau Roni Rakhmat, Sabtu (28/1/2023).
Awal tahun 2023, ombak bono datang menghibur masyarakat dan wisatawan tepatnya pada Rabu (25/1) kemarin. Ini merupakan ombak perdana yang nantinya akan disusul gelombang bono lainnya dalam waktu yang berdekatan.
Ombak besar bono bisa disaksikan lagi pada Oktober hingga Desember. Bono akan kembali datang antara Februari hingga Maret. Namun, tak sebesar sebelumnya.
Menurut kebiasaan, bono muncul kembali dengan gelombangnya yang besar pada September dan Oktober. Saat itu, puncak musim hujan terjadi dan saat debit air Sungai Kampar sedang tinggi.
"Jadi kalau sekali datang, bono akan muncul 2 kali dalam sebulan," kata Roni.
Ternyata, Dinas Pariwisata Riau sudah menyiapkan sejumlah event sebelum dan ketika ombak bono tiba. Salah satunya pameran ekonomi kreatif (ekraf), seperti pembuatan batik bono.
Selain itu juga terdapat malam pertunjukan seni dan budaya masyarakat dan permainan rakyat lainnya di desa pinggiran sungai untuk menyambut bono. Warga Desa Teluk Meranti ingin menjadi kampung mereka sebagai destinasi wisata yang bertaraf internasional.
Wisatawan dari berbagai mancanegara tak ingin melewatkan momen langka itu. Salah satunya dari Australia, mereka jauh-jauh datang ingin menikmati gelombang hantu tersebut.
"Kemarin itu ada wisatawan dari Australia 3 orang yang datang. Mereka ikut selancar. Ombaknya memang besar dan mengerikan, tapi itu pula yang dikejarnya," jelas Roni.
Sejak 2013, Pemkab Pelalawan melirik bono sebagai potensi pariwisata, khususnya bagi turis dengan minat khusus seperti para peselancar. Tak hanya itu, pemerintah juga menggelar event tahunan, International Bono Surfing Festival serta Bekudo Bono.
"Jalan ke lokasi ombak bono sudah mulai bagus. Tidak sulit kalau mau ke desa tersebut. Kami sangat berharap fenomena ombak bono ini menjadi wadah bagi pelaku ekonomi kreatif dalam mempromosikan produk unggulan lokal, serta meningkatkan kesempatan bagi masyarakat," ucap Roni.
Karena itu, Pemkab Pelalawan bersama Pemprov Riau juga turut melakukan peningkatkan promosi Bono Surfing atau event supporting destination, agar menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan perairan sungai.
Pengunjung tak harus berselancar untuk menikmati vono sungai Kampar. Mereka juga bisa menikmati fenomena alam itu di Desa Teluk Meranti dekat muara Sungai Serkap anak Sungai Kampar atau di Desa Pulau Muda.
Untuk menuju ke lokasi bono Sungai Kampar, pengunjung bisa melakukan perjalanan darat selama empat jam dari Pekanbaru. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal cepat atau speedboat menuju Desa Teluk Meranti atau Desa Pulau Muda.
"Biasanya dari kedua desa ini, masyarakat akan mendaki beberapa bukit kecil untuk bisa menikmati pemandangan ombak bono. Ombak itu datang bergulung-gulung menuju daratan sehingga membuat pengunjung terpukau akan keajaiban ciptaan Tuhan itu," kata Roni.
Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, pihaknya terus berkomitmen dalam mengembangkan pariwisata di Riau. Apalagi setelah pandemi Covid-19, sektor pariwisata menjadi satu di antara langkah pemerintah untuk membangkitkan perekonomian masyarakat.
Sehingga, Festival Bono Surfing Bekudo Bono tersebut menjadi sebagai bukti kebangkitan pawisata untuk daerah Kabupaten Pelalawan.
"Melalui event Bono Surfing, kita mulai lagi kebangkitan pariwisata di Provinsi Riau tepatnya daerah Kabupaten Pelalawan," kata Syamsuar.
Dalam mengembangkan objek wisata Bono di aliran Sungai Kampar itu, Pemprov Riau telah mendukung pembangunan jalan lintasnya.
Namun, pemerataan pembangunan infrastruktur ke setiap daerah di Provinsi Riau, membuat sebagian perbaikan jalan menuju lokasi bono belum selesai.
"Kalau kami bangun semua jalan menuju lokasi bono bisa, tapi nanti dianggap tidak adil daerah lain," jelasnya.
Syamsuar berharap adanya kerja sama dari pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR dan Kementerian Pariwisata dalam mengembangkan objek wisata ini.
"Cara-cara seperti ini bisa dilakukan secara bersama-sama, Insya Allah objek wisata kita berkembang dengan baik. Ombak bono bukan hanya keajaiban alam di Indonesia tetapi objek wisata bono sudah diakui oleh dunia," pungkasnya.
Hampir setiap tahun Festival Bono diburu para peselancar dunia. Sebut saja para peselancar Australia yakni James Cotton, Roger Gamble dan Zig Van Der Sluys.
Tiga peselancar asal Negeri Kangguru itu, berhasil mencetak rekor surfing dengan menaklukkan gelombang Bono sejauh 17,2 kilometer. Mereka menorehkan rekor dunia, berselancar terpanjang di Bono Sungai Kampar pada tahun 2016 lalu.
Pada umumnya, puncak bono atau gelombang tertinggi dapat diprediksi sesuai kalender bulan purnama, atau berdasarkan kalender tarikh qomariyah. Uniknya Bono Surfing terletak pada ombaknya yang berlawanan dengan arah arus sungai, sehingga tekanannya cukup deras.
Tak seperti ombak besar di laut, tinggi Ombak Bono bisa mencapai 6 meter, memanjang sekitar 300 meter, dengan kecepatannya 40 km per jam. Suara dari hempasan gelombangnya bikin andrenalin bakal membuncah. Fenomena alam langka di Sungai Kampar tersebut terjadi akibat pertemuan arus pasang laut dengan arus sungai.
Tahun 2022 lalu, peselancar dari belahan dunia datang ke lokasi bono. Ada yang dari Rusia, Singapura, Inggris, Australia, Portugal, Austria, Jerman, dan negara lainnya. Mereka menaklukkan gelombang sungai Kampar itu bersama peselancar nasional dan lokal.
Event yang disebut warga lokal Bekudo Bono itu akan dirangkum dengan atraksi kesenian, permainan rakyat, pagelaran budaya hingga terdapat bazar usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Editor : Kholid Hidayat
Artikel Terkait